Senin, 14 Oktober 2013

tulisan cerpen


BONGKAR RUMAH SENDIRI 


Malam itu hujan deras aku suamiku juga teman-temanku sinta endi dan kokom terjebak hujan di desa kalong liud. Kami berlima memang berniat jalan-jalan malam. tapi malang menimpa kami. belum sampai ke tempat tujuan kami terpaksa berhenti di samping balai desa tepatnya di suatu posyandu.

Kami berteduh di tempat tersebut cukup lama. ya lumayan lah cukup membuat kita semua BT. Setelah hujan reda kami sepakat untuk mengurungkan niat kami. Bergegaslah kita untuk puter balik.
Dari pada kebersamaan kami sia-sia suamiku pun mengusulkan untuk kumpul di rumah, tanpa panjang lebar ketiga temanku langsung menyetujuinya. Tapi sedikit masalah, “kom lu ikut gak?” ajak sinta. Rupanya kokom ragu-ragu dia takut kakaknya tau dan memarahinya. Ternyata kokom pergi tanpa pamit. dia kabur bukan tanpa alasan melainkan walaupun dia pamit pasti tak akan di izinkan. dengan berbagai bujukan akhirnya kokom ikut.
Aku sumiku dan sinta sedikit lebih cepat di depan. dan sampai lebih dulu di rumah. Aku yang saat itu basah kuyup segeralah menggati pakaian. Malam yang indah walau tak jadi jalan-jalan tapi kita masih bisa bersenang-senang dengan penuh canda tawa. menghangatkan suasana rumah yang biasanya sepi.
Tak terasa larut malam menyapa. jarum jam sudah menujuk pukul 9. Kokom harus segera pulang pasti orangtuanya cemas mencarinya. Kecemasan ternyata bukan terjadi pada orangtuanya melainkan pada kami semua yang akan mengantarkan kokom pulang. Tak disangka dan diduga ternyata ence kakak kokom berada tepat depan rumahku. Kami berlima bingung bukan main karena bukan hanya kakaknya ence yang super galak ternyata ayahnya pun tak kalah galak.
Kami berfikir kesana kemari untuk bisa keluar dari rumah tanpa harus diketahui ence. bila ence tahu bahwa kokom ada di rumahku bukan hanya kokom yang akan kena marah tapi kita berlima bisa kena sambitan golok pak wahab yang tajamnya bukan main.
Usul demi usul dilontarkan akhirnya kita sepakat untuk membuka jendela berteralis kamar adikku yang berada tepat di belakang rumah. Segala macam peralatan telah dikeluarkan rupanya jendela ini memang sukar untuk di taklukan. Bagai gaya seorang pencuri suamiku dan endi melakukannya dengan sangat hati-hati dan rapi.
Berkat kerja sama dan kekompakan akhrnya jendela tersebut dapat di bongkar dan di lewati endi dan kokom. Perasaan senang dan gembira menyelimuti hati kami dengan tenang endi dan kokom bisa pulang denan santai. Tanpa harus terkena marah atupun sambitan golok.
Cerpen Karangan: Finna Kurniawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar