Minggu, 30 Maret 2014

METODE BERPIKIR INDUKTIF JENIS GENERALISAS

BANJIR DI JAKARTA

DALAM dua bulan akhir ini Jakarta telah dilanda dua kali banjir besar. Berdasarkan berita surat kabar banjir yang pertama pada permulaan bulan Januari genangannya lebih dalam, tetapi luasnya lebih kecil, daripada banjir yang kedua pada bulan Februari ini. Keduanya menyebabkan kerugian dan penderitaan yang besar pada rakyat. Pada banjir yang kedua daerah elite pun, seperti Jl. Thamrin, tidak luput dari genangan.
Badan Meteorologi dan Geofisika memprakirakan masih akan ada hujan besar lagi dalam bulan Maret. Akankah Jakarta kena banjir lagi?
Penyebab banjir di Jakarta tidaklah sederhana, melainkan rumit. Sebagian penyebab itu bersifat alamiah dan sebagian lagi dampak perbuatan manusia. Keduanya saling berinteraksi.
Jakarta terletak di daerah dataran rendah dengan topografi yang landai. Letak Jakarta di tepi pantai laut dan hanya sedikit saja di ataspermukaan laut. Ini nampak dengan jelas di jalur jalan tol Prof. Sedyatmo. Pada waktu tidak banjir pun permukaan rawa bakau terletak di bibir jalan permukaan jalan. Beberapa sungai bermuara di dan di sekitar Jakarta. Sungai Ciliwung malahan mengalir di tengah kota. Karena topografi yang landai itu air sungai tidak dapat mengalir dengan cepat ke laut. Lagi pula kecepatan aliran air sungai itu terhambat pada waktu air laut pasang. Aliran air sungai yang lambat dan letak Jakarta yang rendah mempermudah terjadinya banjir.
Sungai di Jakarta, seperti Ciliwung, banyak berkelok. Suatu hal yang normal pada sungai di dataran rendah. Kelokan yang banyak menghambat aliran sungai, sehingga waktu debit air besar, air itu mudah meluap. Terjadilah banjir. Masalah ini dapat diatasi dengan normalisasi sungai, yaitu meluruskan alur sungai. Secara teknis ini tak sulit. Tetapi masalah sosial-ekonominya besar, yaitu memerlukan memindahkan banyak permukiman.
Laju erosi di DAS sungai-sungai yang mengalir di dan di sekitar Jakarta adalah tinggi. Ini nampak dari warna air sungai yang cokelat pekat yang menunjukkan kandungan lumpur yang tinggi. Dengan aliran sungai yang lambat banyak lumpur yang mengendap sehingga terjadi pendangkalan sungai-sungai. Pendangkalan oleh lumpur erosi diperparah lagi oleh sampah yang banyak dibuang ke sungai. Dengan adanya pendangkalan itu volume alur sungai berkurang. Masalah ini diperparah lagi dengan sampah yang banyak menyumbat sungai dan got.
Pendangkalan merupakan faktor penyebab banjir, karena volume air yang dapat tersalurkan melalui alur sungai berkurang sehingga lebih mudah meluap. Dengan lain perkataan makin mudah terjadi banjir. Masalah ini dapat dikurangi atau diatasi dengan mengeruk sungai dan membuat atau mempertinggi tanggul. Tetapi karena laju erosi tetap tinggi, pengerukan itu harus terus-menerus dilakukan. Jika laju pengerukan lebih rendah daripada laju pendangkalan, tanggul harus terus dipertinggi. Akhirnya, kota akan terletak di bawah sungai, seperti halnya banyak desa dan kota di sepanjang Cimanuk dan Bengawan Solo. Bahayanya ialah apabila terjadi banjir besar dan tanggul jebol. Malapetakalah yang menanti.
Cara lain ialah membuat saluran banjir (banjir kanal) baru di barat dan timur Jakarta untuk menyalurkan air sungai dengan cepat ke laut.
DENGAN makin banyaknya pembangunan, makin banyak permukaan tanah yang tertutup oleh jalan, beton dan perumahan. Menurut berita koran-koran luas taman di Jakarta telah berkurang. Karena itu laju peresapan air ke dalam tanah menurun. Daerah situ (danau) yang dulu banyak terdapat di daerah dan di sekitar Jakarta telah banyak yang digunakan untuk pembangunan. Ini pun mengurangi laju peresapan air. Karena air yang dapat meresap ke dalam tanah berkurang, makin banyaklah air yang tinggal di atas permukaan tanah pada waktu hujan. Bahaya banjir pun bertambah. Tidak mudahlah mengatasi masalah ini, karena jalan, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan pemukiman tidak dapat dibongkar lagi.
Sebagian rawa di daerah Jakarta, misalnya Pantai Indah Kapuk, telah dibangun untuk permukiman dengan segala fasilitasnya. Pembangunan rawa itu mengurangi daya retensi air, yaitu tempat penampungan air sebelum mengalir ke laut. Jadi rawa itu semacam tempat “parkir” air sebelum mengalir ke laut. Hilangnya situ-situ juga mengurangi daya tampung tempat “parkir” air. Karena tempat “parkir”-nya berkurang, air itu mencari tempat lain untuk “parkir”. Celakanya tempat “parkir” itu merupakan hunian, jalan dan tempat bisnis. Untuk mengurangi bahaya banjir di tempat permukiman baru di bekas rawa itu, air dipompa. Air yang dipompa itu mencari tempat untuk mengalir atau “parkir”. Dengan lain perkataan air pompaan itu menambah volume banjir di tempat lain.
Jakarta mengalami keamblesan, yaitu permukaan tanah ambles atau turun. Banyak orang berpendapat keamblesan itu disebabkan oleh terlalu banyaknya disedot air tanah. Sebagian lagi menyatakan bahwa keamblesan itu adalah suatu peristiwa alamiah. Mungkin juga ada interaksi antara keduanya, yaitu ada keamblesan alamiah yang dipercepat oleh adanya pembangunan. Apa pun sebabnya, keamblesan itu menyebabkan letak Jakarta makin rendah terhadap permukaan air sungai dan laut sehingga bahaya banjirnya bertambah. Untuk mengurangi bahaya itu jalan dipertinggi. Misalnya, Jl. Thamrin telah dipertinggi dan untuk beberapa tahun lamanya Jl. Thamrin bebas banjir sampai kemudian pada hari Sabtu, 10 Februari, Jl. Thamrin kebanjiran lagi. Untuk mengatasi ini Jl. Thamrin dapat dipertinggi lagi. Dengan tindakan ini Jl. Thamrin untuk beberapa tahun yang akan datang akan bebas banjir. Tetapi sementara itu air akan mencari jalan lain. Jadi dengan mempertinggi Jl. Thamrin itu bahaya banjir di daerah lain meningkat. Untuk mengurangi bahaya ini, dapat juga tanggul disepanjang sungai lebih dipertinggi lagi atau/dan membuat saluran banjir baru.
Daerah di bagian hulu DAS sungai yang mengalir di dan di sekitar Jakarta mengalami pembangunan yang pesat. Pembangunan terbesar kita dapatkan di DAS hulu Ciliwung yang nampak dengan jelas di daerah Puncak. Perumahan telah makin merayap ke atas bukit-bukit dan makin sedikit terdapat hutan dan belukar. Lereng yang curam pun tidak luput dari incaran pembangunan vila-vila. Demikian pula di DAS hulu Cisadane terdapat pembangunan yang pesat.
Pembangunan perumahan yang mengurangi hutan dan belukar menurunkan laju peresapan air ke dalam tanah sehingga air larian makin besar. Padahal DAS hulu itu mempunyai curah hujan yang tinggi sehingga volume banjir kiriman meningkat.
Kini makin banyak orang yang condong mempercayai bahwa pemanasan global mungkin sekali telah mulai terjadi. Analisis data statistik suhu permukaan bumi menunjukkan, dalam 100 tahun terakhir ini suhu permukaan bumi telah naik dengan 0.5 derajat Celsius. Seperti telah banyak diuraikan di surat kabar, pemanasan global itu disebabkan oleh naiknya kadar gas rumah kaca (GRK) di dalam atmosfer. GRK yang utama ialah CO2, CFC dan metan. Pemantauan menunjukkan bahwa kadar gas-gas ini di atmosfer memang menunjukkan gejala untuk terus meningkat. Dampak pemanasan global ialah berubahnya iklim dan naiknya permukaan laut. Perubahan iklim berupa, antara lain, musim hujan dan kemarau yang tidak menentu, perubahan curah hujan dan meningkatnya intensitas badai. Akhir-akhir ini iklim nampaknya menjadi kacau. Gelombang panas melanda Amerika Serikat disusul oleh badai salju yang abnormal. Banjir besar mengamuk di Amerika Serikat, Cina dan tempat lain. Salah satu prakiraan perubahan iklim ialah akan naiknya curah hujan di daerah Asia Tenggara. Jika ini benar terjadi, kemungkinan terjadinya curah hujan yang besar di Jakarta dan DAS hulu akan meningkat sehingga banjir yang lebih besar tak dapat dielakkan lagi.
Kenaikan permukaan laut berarti letak Jakarta relatif terhadap permukaan laut akan turun sehingga bahaya banjir juga meningkat.
Jika benar telah terjadi pemanasan global, tak banyaklah yang dapat kita perbuat untuk menghentikan proses itu. Usaha internasional seperti tertera dalam Konvensi Perubahan Iklim yang dihasilkan dalam KTT Bumi di Rio-lah yang diperlukan untuk mengurangi laju pemanasan global.
URAIAN di atas menunjukkan, banjir di Jakarta merupakan masalah yang kompleks. Dari segi geografis Jakarta adalah rentan banjir. Jika pada suatu ketika terjadi kombinasi faktor air laut pasang, curah hujan lokal tinggi dan dibarengi curah hujan di DAS hulu yang tinggi juga, akan terjadilah banjir besar. Semua faktor menunjukkan dipercepat sehingga tekanan pembangunan terhadap Jakarta berkurang dan dengan demikian laju pertumbuhannya menurun. Pembangunan kota perdagangan, industri dan pasar modal, termasuk sistem perizinan, di luar Jakarta, seperti Surabaya, Medan dan Ujungpandang, lebih digalakkan sehingga orang tidak perlu ke Jakarta untuk mengembangkan bisnisnya. Bahkan bisnis di luar Jakarta harus lebih besar daripada di Jakarta.
Bukalah kesempatan selebar-lebarnya agar modal mencari tempat yang lebih menguntungkan daripada di Jakarta. Dengan berkurangnya tekan pembangunan terhadap Jakarta, perambahan jalur hijau, rawa dan situ tempat “parkir” air dan pembangunan di DAS hulu sungai-sungai akan dapat terkendali.
Di Amerika Serikat, ibu kota negara bagian bukanlah kota besar. Ibu kota negara bagian California, misalnya, bukanlah San Francisco atau Los Angeles, melainkan Sacramento, sebuah kota kecil di sebelah utara San Francisco. Karena itu tak apalah jika Jakarta menjadi lebih kecil daripada kota lain.
Alternatif lain ialah memindahkan Ibu Kota. Dengan ini pertumbuhan Jakarta diharapkan dapat dikurangi. Tentu bukan maksudnya untuk membunuh Jakarta melainkan untuk membuat pembangunan di Jakarta menjadi terkendali. Tetapi pemindahan Ibu Kota tanpa desentralisasi akan memindahkan masalah saja dan bukannya memecahkan masalah.
Alternatif-alternatif di atas ataupun alternatif lain mana pun yang akan diambil, akan terasa sakit. Tetapi jika tidak diambil tindakan yang tegas, Jakarta akan makin menderita. Hukum ekologi menunjukkan bahwa tak ada pertumbuhan eksponesial yang berkelanjutan.
sumber : http://bebasbanjir2025.wordpress.com/artikel-tentang-banjir/otto-soemarwoto/

Penalaran

PENALARAN



1. Jelaskan konsep penalaran menurut anda?
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

2.  Bagaimana wujud dari evidensi ?
Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatau fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris.
Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
      3. Jelaskan dan berikan contoh cara menguji data, cara menguji fakta , dan cara menilai autoritas !
          Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
-          Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi


        Cara menguji autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan

   4. Jelaskan perbedaan silogisme katagorial, silogisme hipotesis dan silogisme alternative !
Silogisme adalah merupakan suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Dan silofisme itu di atur dalam dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Kemudian silogisme mempunyai beberapa macam jenisnya, yaitu diantaranya sebagai berikut.
Dari berbagai jenis silogisme diatas, memiliki arti yang berbeda, yang pertama yaitu :
1. Silogisme katagorial
Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proporsinya merupakan katagorial. Kemudian proporsisi yang mengandung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
Contoh :
- semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
- koala adalah hewan yang dilindungi (premis minor/premis khusus)
- koala pasti akan mati (konklusi/kesimpulan)
2. Silogisme hipotetik
Yang dimaksud dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu argumen/pendapat yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Contoh :
- Apabila lapar saya makan roti (mayor)
- Sekarang lapar (minor)
- Saya lapar makan roti (konklusi)
3. Silogisme alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Contoh :
- Dimas tinggal di bogor atau surabaya
- Dimas tinggal di surabaya
- Jadi, dimas tidak tinggal di bogor
   5. Sebutkan jenis-jenis cara berpikir induktif !

Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaran induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
Referensi :  http//wikipedia.com